Dyba World -Your Best Healing and Grow Partner

“Healing”: Tren Baru atau Kebutuhan Nyata?

Di era digital yang serba cepat ini, satu kata telah menjelma menjadi mantra bagi generasi muda: “healing”. Istilah yang kini menjamur di lini masa media sosial ini seolah menjadi obat penawar bagi jiwa-jiwa yang lelah. Namun, apakah kita benar-benar memahami esensi dari fenomena ini?

Jika kita telusuri akarnya, “healing” yang berasal dari bahasa Inggris sejatinya merujuk pada proses pemulihan pasca trauma. Namun, dalam konteks kekinian, maknanya telah bermetamorfosis. Bagi kaum urban, “healing” lebih dari sekadar kata – ia adalah sebuah gerakan, sebuah pencarian akan ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.

Menariknya, interpretasi “healing” di kalangan netizen kerap kali menyempit menjadi sekadar aktivitas liburan atau “staycation”. Padahal, menurut Galang Lutfiyanto, psikolog dari Universitas Gadjah Mada, konsep ini jauh lebih luas dan mendalam. “Healing bukan hanya tentang berlibur,” tegasnya. “Ini adalah proses introspeksi dan penyembuhan diri yang bisa dilakukan melalui berbagai cara, bahkan dalam keseharian.”

Sementara itu, Diana Rahmasari, psikolog dari Universitas Negeri Surabaya, memperkenalkan konsep “self-healing” – sebuah pendekatan holistik yang menekankan pada penyembuhan tanpa ketergantungan pada obat-obatan. Metode ini berfokus pada pelepasan emosi yang terpendam, sebuah proses yang mungkin terdengar sederhana namun memiliki dampak mendalam.

Lantas, mengapa “healing” menjadi begitu penting di era ini? Jawabannya mungkin terletak pada manfaat yang ditawarkannya. Dari peningkatan pemahaman diri hingga pengurangan gejala depresi, “healing” menjanjikan sebuah oasis di padang pasir rutinitas yang melelahkan. Bahkan, bagi sebagian orang, ia menjadi kunci menuju kepercayaan diri yang lebih kokoh.

Namun, di balik popularitasnya, kita perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam pemahaman yang dangkal. “Healing” bukanlah solusi instan, melainkan sebuah perjalanan. Ia bukan tentang melarikan diri dari masalah, tapi tentang menghadapinya dengan kejernihan pikiran.

Di tengah gegap gempita tren ini, satu hal yang pasti: “healing” telah membuka diskusi penting tentang kesehatan mental di masyarakat kita. Apakah ini hanya tren sesaat atau kebutuhan nyata? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, fenomena ini telah mengajarkan kita satu hal: bahwa kadang, untuk melangkah maju, kita perlu berhenti sejenak dan menyembuhkan diri.